Thursday, August 5, 2010

Teologi Klasik: Surat Ignatius, Bishop Antiokhia

Catatan: Makalah ini adalah ringkasan dari tiga surat Ignatius yang masing-masing dikirimkan kepada jemaat di Efesus, Magnesia, dan Tralles. Isi surat secara lengkap dapat dilihat di gigapedia.com.

Catatan Surat ke Efesus

Ditulis dari Smirna, dimana Ignatius dan tentara yang membawanya beristirahat dalam perjalanannya ke Roma melalui jalan utara ke Troas. Ini adalah suratnya yang terpanjang. Empat utusan, termasuk bishop Onesimus yang rendah hati, telah dikirim oleh gereja Efesus terdekat, untuk menyambut dan mendukung sang martir. Salah satu dari mereka, diaken Burrhus, bergabung dengan Ignatius ketika di Troas, dan mungkin bertindak sebagai pembantunya.


Ignatius mengambil kesempatan untuk mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Efesus untuk kebaikan mereka. Sambil memuji mereka untuk kesatuan dan keteguhan iman mereka, ia memperingatkan mereka dari perpecahan dan ajaran bidat Docetis yang disebarkan oleh guru-guru mereka.

Catatan Surat Ke Magnesia

Seperti jemaat di Efesus, orang-orang Kristen di Magnesia (15 mil dari Efesus) mengirim delegasi untuk menyambut Ignatius di Smirna. Salah satu dari utusan ini adalah uskup muda Damas.

Dalam suratnya kepada mereka, Ignatius meminta supaya mereka menghormati uskup mereka sekalipun masih muda, supaya mereka menjaga kesatuan dan ketundukan kepada para pemimpin mereka, dan memperingatkan mereka terhadap Yudaisme. Para pemimpin Yudaisme rupanya mau menyusup ke jemaat dan mencoba mempengaruhi mereka dengan mengatakan bahwa mereka selain percaya kepada Yesus juga harus mengikuti Yudaisme supaya mereka selamat.

Catatan Surat ke Tralles

Orang-orang Kristen di Tralles (sebuah kota yang berjarak 17 mil sebelah timur Magnesia) telah mengirimkan bishopnya, Polybius untuk menyambut Ignatius di Smirna. Surat balasannya sangat khas. Pokok pikirannya mengenai kesatuan dan ketaatan terhadap gereja-gereja resmi – tema dipengaruhi oleh bahaya penyebaran ajaran Docetisme. Termasuk di dalamnya beberapa sorotan karakter pemikiran Ignatius. Terutama bertentangan dengan Ch.4, di mana dia menunjukkan ambisinya dan sifat kerasnya yang kontras dengan kelemahlembutan Polybius.


Garis Besar Isi Surat Ignatius kepada Jemaat Efesus:

1. Sikap Ignatius terhadap penderitaan atau aniaya yang ia alami, adalah sikap yang patut kita contoh. Ia menganggap sebagai kehormatan jika ia harus mengalami penderitaan karena Kristus. Bahkan penderitaan adalah tanda dari kemuridan sejati. Tetapi dalam suratnya ini, ia tetap berdoa dan mengharapkan doa jemaat agar ia bisa terlepas dari aniaya sehingga ia bisa berjumpa lagi dengan jemaat dan menguatkan mereka.

2. Ignatius meminta supaya jemaat menghargai para pemimpin mereka. Ia meminta supaya teladan hidup dari para pemimpin, (dalam hal ini disebutkan Onesimus, Burrhus, dll). Dengan demikian jemaat mendapat kasih karunia Allah. Ketaatan kepada para pemimpin adalah wujud dari ketaatan kepada Tuhan.

3. Ignatius juga memberikan dorongan agar mereka hidup dalam keharmonisan hubungan seorang akan yang lain. Ini adalah moralitas persekutuan Kristen. Bahwa kesediaan untuk mengutamakan orang lain dan bukan kepentingan diri sendiri merupakan pikiran Kristus. Dengan demikian, jemaat harus menyelaraskan perbuatan dan sikapnya dengan pikiran Kristus. Ini adalah etika moral Kristen dalam hubungannya dengan saudara seiman. Mereka yang tidak hidup sedemikian, Ignatius mengelompokkannya sebagai seorang yang tidak berasal dari Tuhan, sekalipun mereka ada dalam kumpulan jemaat.

4. Tentang penyesat. Bila seseorang tidak menunjukkan buah perbuatan yang baik, maka jemaat tidak perlu mendengar mereka. Penyesat dan pelayan palsu dapat diketahui dari cara mereja hidup. Ignatius meminta jemaat untuk waspada terhadap mereka dan menjauhi mereka. Ignatius meminta agar mereka tidak menerima para pengajar sesat itu dalam persekutuan mereka.

5. Ignatius membedakan anggota jemaat dalam dua kategori: manusia daging dan manusia roh. Manusia daging adalah mereka yang hidup dalam hawa nafsu daging dan hidup dalam pertikaian. Manusia daging tidak dapat melakukan hal-hal rohani, demikian sebaliknya, manusia rohani seharusnya tidak melakukan hal-hal kedagingan. Ini adalah perbedaan yang sangat mencolok. Ignatius menasehatkan supaya mereka hidup secara rohani.

6. Ignatius menekankan pentingnya berdoa untuk dapat melalui penderitaan dan aniaya yang menimpa jemaat. Dengan berdoa, mereka akan dikuatkan dan tetap berpegang teguh dalam iman kepada Yesus Kristus.

7. Bagi Ignatius, hari-hari akhir sudah sangat dekat. Karena itu ia meminta jemaat utnuk tetap setia kepada Tuhan. Dalam kesabaran mereka akan mendapat upah sorgawi, yaitu kehidupan kekal.

8. Ia juga meminta mereka menjadi orang-orang yang relistis dengan keadaan jaman saat itu. Apa yang disebut sebagai relistis adalah bahwa mereka melakukan pengajaran yang mereka terima, bukan hanya mendengar untuk menambah pengetahuan saja. Jadi, mereka harus melakukan firman Tuhan, bukan hanya menjadi pendengar. Mereka yang tetap melakukan perbuatan-perbuatan daging seperti percabulan dan lain-lain, tidak akan mendapat bagian dalam kehidupan kekal dan menghina pengorbanan Kristus di kayu salib.

Garis Besar Isi Surat Ignatius kepada Jemaat Magnesia:


1. Tentang menghormati pemimpin. Ignatius meminta supaya orang-orang Magnesia menghormati para pemimpin mereka, sekalipun para pemimpin tersebut masih muda. Mereka diminta untuk menghormati dan tunduk kepada pemimpin seperti tunduk kepada Tuhan.

2. Hubungan antar jemaat. Ignatius meminta supaya mereka saling menghormati seorang akan yang lain. Mereka tidak boleh mementingkan diri sendiri. Dengan demikian, kesehatian akan dapat terjaga. Kesatuan inilah yang menunjukkan bahwa mereka adalah murid Tuhan.

3. Pengajar sesat. Ignatius memperingatkan mereka supaya waspada terhadap pengajar sesat. Kalau jemaat masih mengikuti dan tunduk pada hukum-hukum Yudaisme, berarti mereka mengingkari anugarah yang diberikan dalam Yesus. Ignatius mengatakan bahwa para nabi hidup dengan cara Yesus hidup. Karena itu mereka dianiaya. Mereka terispirasi oleh anugereah Allah, sehingga mereka berusaha meyakinkan orang-orang yang tidak percaya tentang keesaan Allah, dan bahwa Allah telah menyatakan diri dalam Yesus Kristus. Jadi, Ignatius meminta supaya jemaat tidak terseret kembali untuk mekaukan ajaran Yudaisme, dan menganggap bahwa anugerah dalam Kristus tidaklah cukup.

Garis Besar Isi Surat Ignatius kepada Jemaat Tralles:

1. Tentang ketekunan. Ignatius memuji jemaat Tralles yang tetap tekun dan sabar, sekalipun berada dalam penderitaan dan penganiayaan. Keteguhan iman dan karakter mereka dibuktikan dari kesediaan mereka untuk tetap berpegang tegh dalam iman sekalipun mereka mengalami celaan dan aniaya.

2. Ketekunan dan keteguhan iman itu didasari oleh iman kepada kuasa Tuhan, yang juga telah menderita, namun menang atas kematian, sehingga mereka percaya bahwa mereka sekalipun mati karena penganiayaan, mereka akhirnya dibangkitkan dan hidup kekal.

3. Ignatius meminta supaya jemaat menghormati para pemimpin karena mereka adalah orang yang melayani Tuhan dan dipilih Tuhan untuk memimpin jemaat. Alasan Ignatius adalah bahwa tanpa para pemimpin, jemaat tidak dapat mengenal Kristus.

4. Tentang ajaran sesat. Ignatius meminta supaya jemaat waspada terhadap ajaran bidat-bidat, yang, demikian kata Ignatius, memberikan ‘manna’ asing. Yang dimaksud adalah ajaran asing yang tidak sesuai dengan ajaran Kristen yang telah diteruskan oleh para Rasul dan para pemimpin Kristen.

5. Paparan mengenai kehidupan Yesus. Ignatius memaparkan kehidupan Yesus, dari lahir sampai meninggal, dengan maksud supaya mereka mengetahui secara pasti tentang kehidupan yang memberi kepastian akan keselamatan mereka. Ini wajar karena pada waktu itu banyak ajaran yang mengatakan bahwa Yesus tidak benar-benar menjadi manusia, melainkan hanya menyerupai manusia.

Komentar

Surat Ignatius ini disampaikan kepada jemaat-jemaat yang berada pada masa penganiayaan. Maka ia menekankan kesediaan untuk tetap teguh dalam iman, sekalipun mereka mengalami penderitaan. Pengharapan akan kemuliaan yang akan datang dalam kehidupan kekal bersama Tuhan Yesus menjadi dasar dari nasehatnya. Bagi Ignatius, mereka yang setia sampai akhir akan mendapat upahnya.
Karena itu, ia menasehatkan supaya mereka hidup dalam persekutuan yang erat, tidak mementingkan diri sendiri. Perbuatan mereja harus mencerminkan iman mereka, dengan demikian tidak ada tuduhan yang dapat dilemparkan oleh orang-orang lain yang menganiaya mereka.
Ia meminta supaya jemaat menghormati dan sekaligus menuruti teladan hidup para pemimpin mereka. Bagi Ignatius, para pemimpin ditempatkan Tuhan dalam jemaat sehingga jemaat dapat hidup sesuai firman Tuhan, dengan memperhatikan kehidupan dan ajaran para pemimpin.

No comments:

Post a Comment