Tuesday, October 26, 2010

Natal Di Hati

Banyak orang kehilangan damai ketika sedang mengalami tekanan, kesulitan, atau masalah. Apalagi bila sepertinya tidak ada jalan keluar untuk masalah tersebut. Rasanya putus asa. Seakan berjalan dalam kegelapan malam tanpa bintang. Sayangnya, banyak orang kemudian mengambil jalan pintas, yang justru menambah masalah dan akhirnya merugikan dirinya.

Maria juga pernah menghadapi situasi yang sama. Setelah malaikat Gabriel memberitahukan bahwa ia akan mengandung seorang bayi, yang adalah Sang Mesias, Maria harus kembali ke kehidupan normal (Lukas 1:26-38). Tentu ia mengalami tekanan dari keluarga, tetangga, dan masyarakat. Belum lagi pergumulan batin untuk menyampaikan berita ini kepada Yusuf, calon suami yang dicintainya. Akankah Yusuf percaya?

Bila kita sedang dalam keadaan seperti itu, bagaimana kita harus bersikap? Hal utama yang harus kita lakukan adalah mengijinkan Natal terjadi dalam hati kita. Ya, biarkan Tuhan Yesus tinggal dan menguasai hati kita. Jika Tuhan Yesus menguasai hati kita, maka Ia menyediakan Roh Kudus untuk menghibur dan membimbing kita. Kita akan mengalami berkat-berkat Natal.

KEBERSAMAAN YANG MENGUATKAN


Setelah pertemuannya dengan malaikat Gabriel, Maria pergi ke rumah Elisabet. “Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet” (Luk 1:39-40). Elisabet adalah famili Maria. Maria pergi ke sana karena kemungkinan besar ia merasa tidak akan mampu menghadapi gunjingan tetangga di kampungnya. Selama 3 bulan ia menumpang di rumah Zakharia (ay.56). Melihat anugerah yang Tuhan berikan kepada Elisabet yang mengandung di hari tuanya, Maria mendapatkan keyakinan bahwa keadaan yang dialaminya saat ini adalah merupakan kehormatan, dan bukannya musibah. Di rumah Elisabet, Maria mendapat dukungan. Elisabet pasti menasehati Maria dan menguatkannya untuk menjalani hari-harinya yang mungkin akan terasa berat. Kebersamaan ini memberikan keyakinan kepada Maria untuk melanjutkan tugasnya, mengandung Sang Juruselamat.

Kebersamaan sangat diperlukan saat kita sedang menghadapi masalah. Tuhan menyediakan orang lain untuk menguatkan kita. Seperti Elisabet dan Zakharia bagi Maria, demikian Tuhan menempatkan orang-orang di sekitar kita untuk menolong kita menghadapi situasi-situasi sulit. Kebersamaan ini juga menolong kita bertumbuh dan dewasa dalam iman. Dengan demikian kita dimampukan untuk berjalan dalam kehendak Tuhan yang sempurna.

SUKACITA DI TENGAH KESULITAN


Berkat Natal berikutnya adalah sukacita. “Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus”, demikian Lukas 1:41 mencatat. Bahkan dalam kandungan pun, bayi Elisabet mengalami kegirangan besar. Konfirmasi dari Elisabet kepada Maria bahwa Anak yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus memberikan sukacita besar baginya.

Tuhan memberikan sukacita, sekalipun kita berada di tengah kesulitan. Sukacita itu berasal dari Roh Kudus. Sukacita yang melebihi apapun masalah yang sedang dihadapi. Mungkinkah kita dapat bersukacita saat menghadapi kesulitan? Ya! Bila kita menerima kehadiran Tuhan dalam hidup kita, Ia akan memberikan sukacita penuh dalam hidup kita. Penyertaan Tuhan membuat kita yakin bahwa Tuhan pasti menolong, menguatkan, dan memberikan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi. Itu sebabnya kita bersukacita senantiasa.

Saat kita mengijinkan Tuhan Yesus tinggal dan memimpin hidup kita, kita pasti mengalami sukacita penuh dan pertolongan Tuhan melalui orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian kita akan dapat berkata, “Dan berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (ay. 45). Ijinkan Natal terjadi di hati kita! Selamat Natal.

No comments:

Post a Comment