Saturday, October 30, 2010

Kuat di Tengah Krisis


Markus 14:26-42
Menerima Firman
Menghadapi kesulitan dan tantangan dunia, biasanya beberapa orang akan menyerah dengan keadaan. Alasan yang sering muncul adalah, “memang roh penurut, tapi daging kan lemah”. Ya, jadinya ikut arus saja. Kemudian orang tersebut hidup dalam dosa. Ayat 38 sering dijadikan alasan untuk menutupi kesalahan dan kelemahan. Benarkah Tuhan Yesus memakluminya?
Tuhan Yesus mengajak murid-muridNya untuk berdoa di taman Getsemani. Yesus tahu waktunya tidak lama lagi. Ia akan disalib. Ia membutuhkan kekuatan untuk menghadapi situasi tersebut. Tetapi ternyata mereka tidur. Lalu Tuhan berkata, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Pernyataan ini justru merupakan kebalikan dari alasan banyak orang. Bila orang berdalih ‘daging lemah’ lalu mereka jatuh dalam dosa, Tuhan menyatakan: Justru karena daging lemah, maka kita harus berdoa, agar tidak jatuh dalam dosa.
Di tengah krisis, kita harus lebih menguatkan diri dengan berdoa. Bukannya menyerah dan terseret arus. Bila kita ingin menjadi murid Tuhan yang berkenan, kita harus mengikuti kehendak Tuhan. Diperlukan kesediaan untuk tunduk pada otoritas kebenaran. Permakluman terhadap kelemahan hanya akan menjerumuskan kita kepada dosa. Pengabaian kebenaran hanya akan membuat kita mudah digoncang dan terhisab dalam arus dunia. Perkuat iman dengan lebih banyak berdoa dan bersekutu dengan Tuhan, Sang Kekuatan sejati. Yesus telah melewati krisis terbesar yang pernah dialami manusia dan Ia menang. Ia layak menjadi tempat bersandar bagi orang-orang yang mau lepas dari kelemahan dan belajar setia dalam situasi apapun.
Merenungkan Firman
Petrus akhirnya juga menyangkal Yesus. Mengapa seorang yang lantang berbicara akhirnya tertunduk malu di depan seorang hamba kecil? Ternyata kelemahan daging lebih kuat dibandingkan dengan kehendak rohnya. Apakah ini gambaran hidup kita saat ini?
Melakukan Firman
Ikuti pernyataan Tuhan bukan sebagai alasan, melainkan sebagai motivasi untuk setia dan tetap kuat dalam menghadapi krisis kehidupan. Ambilah komitmen untuk lebih erat dalam persekutuan dengan Tuhan dalam doa.
Membagikan Firman
Ceritakan kepada orang lain bagaimana Tuhan mengubah hidup anda dalam paradigma mengenai kelemahan daging dan kekuatan menghadapi krisis.

Menyambut Tuhan Yesus


Markus 12:1-12
Menerima Firman
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah. Namun mereka juga adalah bangsa yang tegar tengkuk. Ketika Yesus datang ke dunia sebagai manusia, mereka menolakNya. Apalagi para imam dan alhi Taurat. Dengan semua konsep yuang mereka miliki, mereka menolak kehadiran Yesus sebgai Mesias. Sama seperti perlakuan nenek moyang mereka terhadap para nabi, demikian perlakuan mereka kepada Yesus, sang Anak Allah.
Konsep, paradigma, atau cara berpikir kita bisa saja menjadi penghalang penggenapan janji Tuhan bagi hidup kita. Paradigma telah dibentuk sejak manusia lahir, merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman masa lalu yang dipakai untuk menilai situasi sekarang dan yang akan datang. Itulah yang terjadi dalam diri para imam dan ahli Taurat. Bagi emreka, Mesias haruslah seorang penyelamat gagah perkasa, lahir dalam lingkungan istana, pembebas bangsa (baik secara politik maupun ekonomi tentunya). Biasanya, seseorang sulit untuk menerima sesuatu yang baru, apalagi bila hal tersebut berbeda dengan konsep yang telah dimilikinya selama ini. Paulus mengingatkan agar kita menundukkan pikiran kita kepada Kristus (2 Kor 10:5).
Bagaimana seharusnya sikap kita? Diperlukan kerendahan hati dan kesediaan untuk menerima karya Allah dalam hidup kita. Kerendahan hati berarti kemauan untuk melihat dan menerima bahwa apa yang Tuhan berikan kepada kita adalah sesuatu yang baik. Mungkin itu tidak seperti yang kita inginkan, tetapi rencana Tuhan selalu yang terbaik bagi kita. KehendakNya adalah demi kebaikan kita. Bila kita menolak kehendak Tuhan, sebenarnya kita sedang merugikan diri sendiri.
Merenungkan Firman
1.      Para imam dan ahli Taurat menolak Yesus. Mengapa mereka bersikap demikian?
2.      “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru”. Tuhan Yesus adalah batu penjuru hidup kita. Bagaimana kita merefleksikan hal ini?
Melakukan Firman
Mari kita belajar untuk menerima semua kehendak Allah dalam hidup kita, sekalipun mungkin hal itu berbeda dengan keinginan kita. Percayalah bahwa rencana Tuhan pasti yang terbaik bagi hidup kita.

Yang Menyatukan Kita


Markus 9:38-41
Menerima Firman
Apakah yang menyatukan kita? Biasanya kita akan nyaman bila bersama dengan orang yang dekat dengan kita. Kita tahu apa yang dipikirkan, dilakukan, atau dibicarakannya. Bagaimana bila ada orang yang kita tidak kenal dekat? Sangat mudah untuk menjadi curiga. Ini terjadi juga dengan murid-murid Yesus. Ada orang yang melakukan sesuatu seperti mereka, tetapi orang tersebut tidak termasuk golongan murid-murid. Reaksi mereka adalah: Hentikan! (ay 38). Apa respon Tuhan Yesus? “Jangan kamu cegah dia… Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (ay.39-40).
Apakah yang menyatukan kita? Kalau kita merenungkan apa yang dikatakan Tuhan Yesus, kita mendapatkan perspektif baru tentang kebersamaan, yaitu kesatuan tujuan (visi). Kalau kita menilai seseorang bukan pertama-tama dari apa yang nampak, tetapi apa yang menjadi tujuan, maka kita akan belajar memahami dan menerima seorang akan yang lain. Bukankah gereja adalah kumpulan orang-orang? Orang-orang yang masing-masing dipanggil oleh Allah untuk memberitakan perbuatan-Nya yang besar (cf. 1 Pet 2:9).
Bagaimana sikap kita selama ini terhadap orang lain? Apakah kita menilai seseorang berdasarkan kedekatan, atau berdasarkan apa yang menjadi tujuan/maksud orang tersebut? Mungkin orang yang selama ini kita anggap ‘musuh’ sebenarnya justru adalah orang yang ‘bersama kita’ dalam tujuan. Mari kita belajar untuk memahami dan menerima orang lain seperti Tuhan menerima mereka.
Merenungkan Firman
1.      Mengapa murid-murid mencegah orang lain yang mengusir setan? Menurut Anda, kira-kira apa yang melatarbelakangi sikap mereka ini?
2.      Renungkan kata-kata Tuhan Yesus dalam ayat 40. Betapa luar biasa bila kita memiliki sikap yang demikian.
Melakukan Firman
Lakukanlah sebuah langkah praktis dalam berhubungan dengan orang lain berkenaan dengan sikap kita terhadap mereka, terutama yang selama ini kita anggap berbeda dengan kita, sebagai penerapan dari Firman Tuhan hari ini.
Membagikan Firman
Ceritakan bagaimana pengalaman Anda setelah melakukan Firman Tuhan ini kepada saudara seiman. Mintalah mereka memberikan saran dan pendapat terhadap apa yang Anda lakukan.

Mujizat Dari Hal Sederhana


Markus 6:30-44
Menerima Firman
Seberapa seringkah kita berpikir bahwa sesuatu tidak mungkin dilakukan karena merasa tidak mampu? Kita sering menganggap bahwa hal-hal kecil tidak terlalu berguna. Mungkin kita berkata, “Untuk memulai suatu usaha yang sukses, harus ada modal yang besar.” “Ah, saya tidak bisa apa-apa. Orang lain saja. Kehadiran saya tidak berarti!” Tetapi, benarkah demikian?
Inilah kebenarannya: di tangan Tuhan, semua yang sederhana dan mungkin kita anggap tidak berarti, akan menjadi berguna. Yang penting, maukah kita menyerahkannya kepada Tuhan. “Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, …” (Mrk 6:41). Dan kemudian yang terjadi adalah, lima roti dan dua ikan itu dapat membuat lebih dari 5000 orang makan sampai kenyang. Bahkan berlimpah.
Tuhan mengambil, kita menyerahkan. Kesediaan untuk menyerahkan semua yang sederhana dari diri kita adalah sikap pertama yang diperlukan agar mujizat terjadi. Apakah kita mau menyerahkan bakat, talenta, kemampuan, dan totalitas diri kita kepada Tuhan? Ia akan mengambilnya dan menjadikannya berkat bagi banyak orang. Rasa minder karena merasa tidak mampu tidak menghasilkan apapun. Jadi, apapun keadaan kita, bagi Tuhan kita berharga. Dari hal sederhana yang diserahkan kepada Tuhan terjadilah mujizat.
Merenungkan Firman
1.      Apakah kita merasa tidak berarti, tidak cukup untuk mempengaruhi? Di tangan Tuhan, apa yang kita miliki bisa dipakai untuk memberkati banyak orang. Maukah anda menyerahkannya kepada Tuhan?
2.      Dari yang sedikit, Yesus mengucap berkat (ay. 41). Apakah kita selalu mengucap berkat untuk semua yang kita miliki?
Melakukan Firman
Banyak orang berpikir, karena apa yang dimilikinya tidak terlalu berarti, maka ia tidak perlu memberikannya kepada Tuhan. Tetapi, sebuah perubahan besar dapat dimulai dari perubahan kecil dalam sikap kita. Pikirkan dan lakukan satu langkah kecil yang dapat anda lakukan untuk mengubah diri sendiri, keluarga, gereja, dan masyarakat!
Membagikan Firman
Ceritakan kepada anggota komsel bagaimana Tuhan menolong anda melakukan penerapan Firman ini dalam situasi khusus.

Pengenalan Akan Tuhan


Markus 4:35-41                               
Menerima Firman
Mengenal Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting, dan bahkan yang paling penting. Lebih lagi, Tuhan Yesus mendefinisikan hidup kekal sebagai ‘mengenal Allah dengan benar’ (Yoh 17:3). Mengenal berbeda dengan sekedar mengetahui. Kita mengetahui bahwa presiden RI saat ini adalah bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Tetapi kita tidak mengenal dia. Mengenal berarti memiliki perjumpaan dan pengalaman pribadi bersama orang yang kita kenal. Pengenalan akan Tuhan menentukan sikap kita terhadap Dia, cara kita memandang kehidupan, dan keyakinan kita akan pemeliharaanNya.
Dalam nats yang kita baca hari ini, murid-murid mengalami ketakutan di tengah badai gelombang. Yesus ada bersama mereka, tetapi sedang tidur. Setelah Yesus meredakan badai itu, mereka bertanya-tanya: “Siapakah sebenarnya Yesus itu?” seandainya mereka mengenal Yesus yang adalah Tuhan atas semesta alam, pati mereka tidak takut menghadapi apapun. “Mengapa kamu tidak percaya? Mengapa kamu takut?”, tanya Yesus (ay.40).
Mengapa kita sering mengalami kekuatiran, kecemasan, dan ketakutan menghadapi hidup ini? Ketidakpercayaan adalah tanda kurangnya pengenalan. Pengenalan akan Tuhan didapat dengan pengalaman hidup sehari-hari bersama Tuhan melalui firmanNya.
Merenungkan Firman
  • Yesus yang mengajak mereka menyeberang (ay.35). Mengapa murid-murid tetap ketakutan ketika ada badai?
  • Renungkan apa yang Tuhan telah lakukan selama hidup Saudara sampai saat ini. Apakah Saudara pernah mengalami pertolongan Tuhan dalam menghadapi situasi yang sulit di masa lalu?
Melakukan Firman
Ambillah sebuah langkah iman untuk tetap percaya sekalipun ‘badai’ datang dan seakan Tuhan Yesus ‘tidur’ (tidak menolong). Tetaplah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan atas segala sesuatu, termasuk atas apa yang kita alami setiap hari!
Membagikan Firman
Ceritakan pengalaman hidup Saudara dimana Tuhan pernah menolong dan juga ceritakan pengalaman hidup Saudata ketika rasanya Tuhan tidak menolong. Bagaimana hal tersebut menolong Saudara tetap percaya kepada Tuhan Yesus, apapun yang terjadi?

Tuesday, October 26, 2010

Natal Di Hati

Banyak orang kehilangan damai ketika sedang mengalami tekanan, kesulitan, atau masalah. Apalagi bila sepertinya tidak ada jalan keluar untuk masalah tersebut. Rasanya putus asa. Seakan berjalan dalam kegelapan malam tanpa bintang. Sayangnya, banyak orang kemudian mengambil jalan pintas, yang justru menambah masalah dan akhirnya merugikan dirinya.

Maria juga pernah menghadapi situasi yang sama. Setelah malaikat Gabriel memberitahukan bahwa ia akan mengandung seorang bayi, yang adalah Sang Mesias, Maria harus kembali ke kehidupan normal (Lukas 1:26-38). Tentu ia mengalami tekanan dari keluarga, tetangga, dan masyarakat. Belum lagi pergumulan batin untuk menyampaikan berita ini kepada Yusuf, calon suami yang dicintainya. Akankah Yusuf percaya?

Bila kita sedang dalam keadaan seperti itu, bagaimana kita harus bersikap? Hal utama yang harus kita lakukan adalah mengijinkan Natal terjadi dalam hati kita. Ya, biarkan Tuhan Yesus tinggal dan menguasai hati kita. Jika Tuhan Yesus menguasai hati kita, maka Ia menyediakan Roh Kudus untuk menghibur dan membimbing kita. Kita akan mengalami berkat-berkat Natal.

KEBERSAMAAN YANG MENGUATKAN


Setelah pertemuannya dengan malaikat Gabriel, Maria pergi ke rumah Elisabet. “Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet” (Luk 1:39-40). Elisabet adalah famili Maria. Maria pergi ke sana karena kemungkinan besar ia merasa tidak akan mampu menghadapi gunjingan tetangga di kampungnya. Selama 3 bulan ia menumpang di rumah Zakharia (ay.56). Melihat anugerah yang Tuhan berikan kepada Elisabet yang mengandung di hari tuanya, Maria mendapatkan keyakinan bahwa keadaan yang dialaminya saat ini adalah merupakan kehormatan, dan bukannya musibah. Di rumah Elisabet, Maria mendapat dukungan. Elisabet pasti menasehati Maria dan menguatkannya untuk menjalani hari-harinya yang mungkin akan terasa berat. Kebersamaan ini memberikan keyakinan kepada Maria untuk melanjutkan tugasnya, mengandung Sang Juruselamat.

Kebersamaan sangat diperlukan saat kita sedang menghadapi masalah. Tuhan menyediakan orang lain untuk menguatkan kita. Seperti Elisabet dan Zakharia bagi Maria, demikian Tuhan menempatkan orang-orang di sekitar kita untuk menolong kita menghadapi situasi-situasi sulit. Kebersamaan ini juga menolong kita bertumbuh dan dewasa dalam iman. Dengan demikian kita dimampukan untuk berjalan dalam kehendak Tuhan yang sempurna.

SUKACITA DI TENGAH KESULITAN


Berkat Natal berikutnya adalah sukacita. “Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus”, demikian Lukas 1:41 mencatat. Bahkan dalam kandungan pun, bayi Elisabet mengalami kegirangan besar. Konfirmasi dari Elisabet kepada Maria bahwa Anak yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus memberikan sukacita besar baginya.

Tuhan memberikan sukacita, sekalipun kita berada di tengah kesulitan. Sukacita itu berasal dari Roh Kudus. Sukacita yang melebihi apapun masalah yang sedang dihadapi. Mungkinkah kita dapat bersukacita saat menghadapi kesulitan? Ya! Bila kita menerima kehadiran Tuhan dalam hidup kita, Ia akan memberikan sukacita penuh dalam hidup kita. Penyertaan Tuhan membuat kita yakin bahwa Tuhan pasti menolong, menguatkan, dan memberikan jalan keluar dari masalah yang kita hadapi. Itu sebabnya kita bersukacita senantiasa.

Saat kita mengijinkan Tuhan Yesus tinggal dan memimpin hidup kita, kita pasti mengalami sukacita penuh dan pertolongan Tuhan melalui orang-orang di sekitar kita. Dengan demikian kita akan dapat berkata, “Dan berbahagialah ia yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana” (ay. 45). Ijinkan Natal terjadi di hati kita! Selamat Natal.