Saturday, November 27, 2010

Renungan: TERANG atau GELAP ?

Yohanes 3:14-21                                                                                               
“…tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (ay.21)
Menerima Firman
Ada dua kemungkinan seseorang memilih posisinya sehubungan dengan kehadiran Yesus ke dunia: menolak atau menerima! Yesus adalah terang dunia. Mereka yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, mereka menerima terang. Mereka hidup dalam terang. Mereka melakukan hal-hal yang berasal dari kebenaran. Sebaliknya, mereka yang menolak Dia, mereka menolak terang, dan lebih menyukai hidup dalam kegelapan. Mereka melakukan hal-hal yang berasal dari kegelapan. Para ahli Taurat dan orang Farisi pada jaman Yesus - sebagian besar dari mereka – menolak Yesus, yang adalah Sang Terang itu. Mereka tidak dapat melihat cemerlangnya Sang Terang karena gelapnya hati mereka.

Wednesday, November 24, 2010

Tuhan dan Agama dalam Pergumulan Batin Kartini

Ini adalah artikel menarik dari mas Danang. Memberikan inspirasi dan perenungan batin. Silahkan klik link di bawah ini untuk membaca secara lengkap. Tuhan memberkati.....
Tuhan dan Agama dalam Pergumulan Batin Kartini

Saturday, November 20, 2010

Menjadi Murid Kristus

Yohanes 1:35-42
“Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus.” (Yoh 1:37)
Menerima Firman
Apa artinya menjadi murid Kristus? Sebagian menjawab: menjadi orang Kristen. Memang tidak salah, tetapi apakah semua orang Kristen pasti murid Kristus? Belum tentu. Dalam nats yang kita baca hari ini, ada sebuah kisah bagaimana seorang menjadi murid Kristus. Yohanes Pembaptis memiliki murid-murid. Ketika ia melihat Yesus, ia berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah!” (ay. 36). Setelah itu murid-muridnya meninggalkan Yohanes Pembaptis dan mengikuti Yesus. Mereka tinggal bersama Yesus.

Allah atau Yahweh

 NAMA ALLAH

“Akulah Allah Yang Mahakuasa [El Shadday], hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.” (Kejadian 17:1b)
Nama El/Elohim/Eloah, adalah nama pertama Tuhan yang tercatat dalam kitab Kejadian sebelum nama ‘Yahweh’ diperkenalkan kepada Musa dalam masa Keluaran (Kel.6:1-2). El digunakan sebagai nama diri dan juga sebagai sebutan untuk Tuhan, dan sekalipun Elohim lebih banyak digunakan sebagai sebutan, kadang-kadang digunakan sebagai nama diri Tuhan yang bersifat jamak, Eloah adalah bentuk tunggal dari Elohim.

PERSEMBAHAN DALAM PERJANJIAN LAMA


Mengapa kita mempelajari persembahan dalam PL? Satu-satunya alasan terbaik adalah bahwa pada jaman Yesus, tidak ada pengurangan peraturan persembahan. Justru yang ada adalah peningkatan kualitas persembahan itu. Benarkah? Mari kita telusuri secara singkat bagian demi bagian dari tulisan ini.
BENTUK AWAL
Persembahan dalam PL, dalam bentuk awalnya dapat kita temukan dalam kisah Kain dan Habel (Kej.4:3-4 “minchah”- memberikan). Juga pada saat Abram mendirikan mezbah, setelah TUHAN menampakkan diri kepadanya (Kej 12:7-8  “mizbeach” akar kata “zabach” - memberikan). Lalu, ketika Abram bertemu dengan Melkisedek, ia memberikan sepersepuluh dari semua jarahan (Kej 14:18-20 “ma`aser – bagian kesepuluh). Ia memberikannya karena Allahlah yang telah menyerahkan musuhnya kepadanya.
  • Dari semua kisah awal ini, persembahan bermakna ungkapan syukur atas berkat Tuhan dan pernyataan kebergantungan kepada Tuhan.
TIGA JENIS PERSEMBAHAN
1.      Persembahan Khusus
Ketika Musa mendapat perintah TUHAN untuk mendirikan Tabernakel (Kemah Suci), TUHAN meminta umat Israel untuk memberikan persembahan khusus (Kel 25:1-7; 35:4-19,20-29). Persembahan khusus ini dipungut, tetapi diberikan menurut dorongan hati masing-masing. Persembahan ini juga disebut persembahan sukarela.
  • Persembahan ini diberikan untuk tujuan-tujuan khusus yang TUHAN tetapkan. Merupakan ‘senyawa’ dari kewajiban-sukarela.
2.      Persembahan Korban
Dalam ibadah PL, ada beberapa persembahan wajib yang disebut korban. Di antaranya: korban bakaran, korban sajian, korban keselamatan, korban penghapus dosa, dan korban penebus salah, dll (Imamat 1-5).
  • Korban-korban ini merupakan bayang-bayang dari penebusan Kristus (atau digenapi oleh penebusan Kristus melalui pengorbanan diri-Nya - Kol 2:17; 1 Petrus 1:18-19).
3.      Persembahan Persepuluhan
Ketika Israel ada di pandang gurun, mereka memberontak kepada Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas (Kel 32). Lalu Musa meminta siapapun yang berdiri di pihak TUHAN bergabung dengan dia (ay.25-26). Lewi berada di pihak TUHAN. Lewi berbakti kepada TUHAN (ay.29), menjadi suku khusus yang melayani TUHAN (bersama imam Harun dan keluarganya).
Pada saat pembagian tanah milik pusaka, suku-suku Israel mendapat tanah, tetapi Lewi tidak. Suku-suku lain dapat mengerjakan tanah untuk mendapat nafkah kehidupan, sedangkan Lewi tidak, karena Lewi bekerja melayani TUHAN dan menyelenggarakan ibadah kepada TUHAN (Bil 3:12). Maka supaya mereka juga mendapat makanan, TUHAN menetapkan Lewi mendapatkan persembahan persepuluhan dari suku-suku Israel (Bil 18:21). Para Lewi juga harus memberikan persembahan kepada imam (Bil 18:25-28).
  • Ini adalah kearifan ilahi - sebelas suku Israel menghidupi satu suku Lewi, satu suku Lewi menghidupi satu kaum imam! Prinsip: kesetaraan taraf kehidupan! Dalam perkembangan selanjutnya, persembahan persepuluhan diperuntukkan bagi tiga kepentingan: para Lewi, orang miskin (orang asing, anak yatim dan janda),  dan perayaan (Ulangan 14:23, 26:12).
Pada jaman setelah Hakim-Hakim sampai Nabi-Nabi, persembahan persepuluhan tetap berlangsung dengan pengorganisasian yang lebih baik. Ada rumah perbendaharaan di Bait Allah, sebagai tempat mengumpulkan persembahan (Neh 10:38; 12:44). Demikianlah ketika Maleakhi mengumumkan tegurannya (Mal 3:10). Sistem diorganisir dengan baik, tujuan tetap sama.
IMPLIKASI
  1.  Persembahan adalah ungkapan syukur dan pernyataan kebergantungan kita kepada TUHAN. Memberikan persembahan adalah sebuah kehormatan untuk menyatakan diri berada di bawah berkat TUHAN. Memberikan sedikit karena pelit tidak memberikan benefit  apapun. Memberikan dengan tidak rela sama saja dengan menyatakan tidak percaya bahwa semua yang kita punya berasal dari TUHAN.
  2. Persembahan korban penebus dosa/salah tidak diperlukan karena pengorbanan Kristus telah menggenapinya. Bahkan kalau kita mau tetap mengikuti sistem PL dalam penebusan dosa, kita tidak mungkin memenuhinya.
  3. Perjanjian Baru tidak pernah menghapus jenis persembahan khusus dan persepuluhan (Mat 23:23). Bahkan bila kita mau jujur, kualitasnya didorong sampai titik tertinggi (keadilan, belas kasih, kesetiaan). Surat Roma justru menegaskan bahwa bukan hanya sepersepuluh, tetapi seluruh (Rom 12:1). Bait Allah disebut ‘rumah persembahan’ (the house of sacrifice – 2 Taw 7:12). Biarkan hidup kita jadi the house of sacrifice.

Friday, November 12, 2010

SANG FIRMAN DI ANTARA KITA


Yohanes 1:14-17          
Menerima Firman
Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita…”, demikian kesaksian Yohanes 1:14. Sang Firman, yang olehNya semua yang ada dijadikan, kini telah hadir dan ada bersama-sama dengan manusia. Keberadaan Allah yang transenden (jauh di sana dan mutlak, tak terjangkau) menjadi imanen (dekat bersama). Yesus dari Nazaret, Sang Firman itu adalah pernyataan bahwa Allah mendekat kepada manusia, agar manusia dapat dekat denganNya. Dalam kemanusiaanNya, Sang Firman telah menyatakan bahwa Allah peduli dan menghargai martabat manusia. Hal ini dilakukan dengan jalan membenarkan manusia yang percaya kepadaNya, dan memberikan status anak Allah kepada mereka (Cf. Yoh 1:12).
Ia datang dan menyatakan kemuliaan Allah. Kemuliaan yang “… penuh kasih karunia dan kebenaran.” (ay.14). Kemuliaan Allah dinyatakan dalam anugerah (kasih karunia) dan kebenaran. Kehadiran Sang Firman membawa anugerah dan kebenaran. Bila kita menyatakan diri sebagai pengikut setia Sang Firman, maka kita juga wajib mewujudkan anugerah dan kebenaran. Sang Firman yang membebaskan (cf. Luk 4:8-19) mereka yang tertindas menginspirasi kita untuk turut dalam upaya pemanusiaan manusia. Hukum tanpa anugerah dan kebenaran hanyalah sebuah ‘taurat baru yang ditambahkan’, yang membelenggu manusia (ay.17). Tengoklah di sekitar kita! Apakah ideal Kerajaan Allah tercermin? Suatu suasana dimana kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita, menjadi ciri utamanya (cf. Roma 14:17). Tuhan memanggil kita untuk menyatakan anugerah dan kebenaran Allah kepada situasi-situasi belenggu dosa dan tabiat manusiawi. Kalau ketidakbenaran terjadi - dalam level apapun – panggilan kuat dari Sang Firman menggema di telinga kita: NYATAKAN KEBENARAN !
Merenungkan Firman
“Dari kepenuhanNya kita telah menerima kasih karunia demi kasih karunia” (ay.16). Bagaimana hubungan yang dekat dengan Tuhan menolong kita memahami bahwa kita menerima anugerah dari Tuhan dan juga menyatakan kebenaran kepada orang lain?
Melakukan Firman
Lihatlah kondisi di sekitar kita? Manakah situasi khusus yang membutuhkan kita untuk menyatakan kebenaran? Lakukan suatu aksi untuk memperbaiki situasi tersebut dalam rangka mewujudkan kehadiran Sang Firman dalam hidup kita!

SETIA SAMPAI AKHIR


Markus 15:20b-32                                                                                            
Menerima Firman
Pernahkah kita mengalami sesuatu yang berat dan rasanya tak mampu menanggungnya? Kebanyakan kita akan berusaha untuk lepas dari beban itu. Tidak banyak orang yang mau setia menanggungnya. Apalagi kalau masalah itu bukan masalahnya sendiri, tetapi masalah orang lain.
Pada nats yang kita baca hari ini, menceritakan apa yang dialami Yesus saat penyaliban. Ia dibawa keluar kota (ay.20b), pakaiannya dilepas (ay.24), dianggap sama dengan penjahat (ay.27-28), dihujat (ay.29), diolok-olok dan diejek (ay.30-31), dan disalibkan. Dalam keadaan yang demikian, murid-muridNya tidak berani bersama-sama dengan Dia. Mereka yang seharusnya menjadi pendukung, sekarang meninggalkanNya. Suatu penderitaan yang tiada tara. Siapa dapat menanggung-nya? Tuhan Yesus menanggung semua beban itu demi keselamatan semua manusia yang percaya kepadaNya. Ya, Ia setia menanggung beban sampai akhir. Keyakinan akan kehendak Bapa di sorga yang demikian kuat membuatNya rela disalibkan.
Ketika kita diperhadapkan pada ‘perjalanan panjang’ kehidupan, apakah kita dapat tetap setia kepada kehendak Allah? Dibutuhkan keyakinan total terhadap kebaikan rencana Allah bagi hidup kita untuk mampu menapak bersamaNya. Memang sering terlihat bukan sebagai jalan tol, tetapi kesetiaan memberikan harapan akan pencapaian tujuan kehidupan: menyenangkan hati Tuhan dan menikmati kebersamaan denganNya selamanya. Setialah sampai akhir.
Merenungkan Firman
1.      Apakah yang sering membuat kita terhenti di tengah perjalanan iman kita? Bagaimana teladan Tuhan Yesus yang rela disalib memberikan kekuatan kepada kita untuk bangkit dan berdiri teguh?
2.      Dalam kehidupan, tidak pernah ada ‘jalan tol’. Tidak selalu lancar. Kadang ada liku-liku, masalah, ujian, dan pergumulan. Bagaimana justru hal-hal tersebut membawa kita semakin mendekat dan bergantung penuh kepada Tuhan?
Melakukan Firman
Buatlah komitmen untuk setia sampai akhir kepada Tuhan Yesus, dalam keberanian untuk tetap hidup benar di tengah kesulitan dan pergumulan.
Orang yang berani setia, mendapatkan sukacita dari Tuhan melampaui apa yang dapat dipikirkannya. Dan sukacita kekal itu tidak akan hancur dihempas gelombang kehidupan.

Kuat di Tengah Krisis

Markus 14:26-42
Menerima Firman
Menghadapi kesulitan dan tantangan dunia, biasanya beberapa orang akan menyerah dengan keadaan. Alasan yang sering muncul adalah, “memang roh penurut, tapi daging kan lemah”. Ya, jadinya ikut arus saja. Kemudian orang tersebut hidup dalam dosa. Ayat 38 sering dijadikan alasan untuk menutupi kesalahan dan kelemahan. Benarkah Tuhan Yesus memakluminya?
Tuhan Yesus mengajak murid-muridNya untuk berdoa di taman Getsemani. Yesus tahu waktunya tidak lama lagi. Ia akan disalib. Ia membutuhkan kekuatan untuk menghadapi situasi tersebut. Tetapi ternyata mereka tidur. Lalu Tuhan berkata, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Pernyataan ini justru merupakan kebalikan dari alasan banyak orang. Bila orang berdalih ‘daging lemah’ lalu mereka jatuh dalam dosa, Tuhan menyatakan: Justru karena daging lemah, maka kita harus berdoa, agar tidak jatuh dalam dosa.
Di tengah krisis, kita harus lebih menguatkan diri dengan berdoa. Bukannya menyerah dan terseret arus. Bila kita ingin menjadi murid Tuhan yang berkenan, kita harus mengikuti kehendak Tuhan. Diperlukan kesediaan untuk tunduk pada otoritas kebenaran. Permakluman terhadap kelemahan hanya akan menjerumuskan kita kepada dosa. Pengabaian kebenaran hanya akan membuat kita mudah digoncang dan terhisab dalam arus dunia. Perkuat iman dengan lebih banyak berdoa dan bersekutu dengan Tuhan, Sang Kekuatan sejati. Yesus telah melewati krisis terbesar yang pernah dialami manusia dan Ia menang. Ia layak menjadi tempat bersandar bagi orang-orang yang mau lepas dari kelemahan dan belajar setia dalam situasi apapun.
Merenungkan Firman
Petrus akhirnya juga menyangkal Yesus. Mengapa seorang yang lantang berbicara akhirnya tertunduk malu di depan seorang hamba kecil? Ternyata kelemahan daging lebih kuat dibandingkan dengan kehendak rohnya. Apakah ini gambaran hidup kita saat ini?
Melakukan Firman
Ikuti pernyataan Tuhan bukan sebagai alasan, melainkan sebagai motivasi untuk setia dan tetap kuat dalam menghadapi krisis kehidupan. Ambilah komitmen untuk lebih erat dalam persekutuan dengan Tuhan dalam doa.
Membagikan Firman 
Ceritakan kepada orang lain bagaimana Tuhan mengubah hidup anda dalam paradigma mengenai kelemahan daging dan kekuatan menghadapi krisis.

Thursday, November 11, 2010

Kapitalisme dan Natur Dosa Manusia

“Ah, yang bener aja? Apa hubungan antara kapitalisme dengan natur dosa manusia? Kapitalisme adalah sistem ekonomi, sedang dosa adalah ranah teologi!”. Tunggu dulu, jangan cepat bereaksi. Memang kelihatannya tidak ada hubungannya. Tapi coba kita ikuti alurnya dulu, siapa tahu kita akan berubah pikiran.
Sistem Ekonomi Kapitalis
Kapitalisme adalah sebuah sistem ideologi ekonomi. Ada tiga unsur utama dalam kapitalisme, yaitu: capital owner, fixed capital, dan variable capital. Capital owner adalah orang yang menguasai alat-alat produksi (untuk memudahkan, kita sebut: PENGUSAHA). Alat produksi ini menghasilkan produk pemenuhan kebutuhan manusia. Fixed capital adalah alat-alat produksi massa, seperti mesin, tanah, pabrik dll (sebut saja MODAL). Sedangkan variable capital adalah sesuatu yang dengannya fixed capital dapat beroperasi, dan variable capital utama adalah pekerja (atau lebih tepat: BURUH).
Capital owner dan fixed capital tanpa variable capital tidak akan menghasilkan apa-apa. Mudahnya: seorang kaya yang memiliki pabrik, tetapi tidak memiliki pekerja untuk menjalankan pabriknya, tidak akan menghasilkan apapun. Semua berhenti. Jadi, sebenarnya secara faktual penghasil produk adalah para pekerja, bukan pengusaha atau pabrik.
Dalam kapitalisme ada suatu mekanisme trickle down (tetesan rejeki) dalam hal ekonomi massa. Trickle down dapat diilustrasikan dengan 3 tingkat akuarium, yang di masing-masing tingkat diisi beberapa ikan. Pemilik memberi makan ikan-ikan dengan menebarkan makanan dari tingkat pertama, yang selanjutnya makanan akan menetes atau jatuh pada tingkat berikutnya. Ikan yang berada di atas dan paling kuat akan menikmati makanan terbanyak. Inilah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat kapitalis.
Kapitalisme mengenal adanya keadilan, yaitu keadilan distributif. Paradigma keadilan ini bahwa orang yang berada dalam fungsi dan pekerjaan yang penting mendapat hak ekonomi yang lebih. Di Indonesia pada masa Orde Baru pemerintah melakukan kebijakan keadilan ini. Bahwa masyarakat bawah sudah selayaknya mendapat “kue pembangunan” yang lebih sedikit dari penguasa karena peran mereka tidak sesignifikan atau sebesar penguasa.
Kapitalisme mengenal adanya pembagian kelas. Secara umum, kelas ini dibagi dua, yaitu borjuis (orang kota; pedagang) dan proletar (orang desa; tani). Kelas borjuis memiliki mobilitas ekonomi yang lebih berkuasa dari pada kelas proletar. Dalam perkembangannya, kelas borjuis berposisi sebagai capital owner (pemilik kapital). Sementara kelas proletar berposisi sebagai salah satu jenis kapital, yaitu kapital variabel (variable capital). Kapital variabel ini nantinya disinergikan dengan kapital tetap (fixed capital), sehingga menghasilkan komoditas.
Kapitalisme menganut sistem perekonomian ekonomi pasar. Ekonomi pasar ini sering diistilahkan sebagai hukum besi kapitalisme. Ekonomi pasar memiliki prinsip kerja capital owner mensinergikan fixed capital dan variable capital menghasilkan commodity. Commodity ini selanjutnya dipasarkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan laba. Laba ini harus diperoleh capital owner supaya dia dapat menjalankan usahanya. Sementara variable capital dicukupkan dengan pemberian upah. Upah ini dianggap tidak sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan karena telah dipotong oleh capital owner untuk penghidupannya dan perawatan  fixed capital. Ketika terjadi persaingan pasar, ada dua kebijakan capital owner terhadap pembagian itu. Upah pekerja semakin kecil dibanding jam kerja atau bagian owner capital dipotong. Apapun keputusannya variable capital tetap dalam keharusan bekerja untuk owner capital. Kelas proletar bekerja untuk kelas borjuis.
Barang yang dihasilkan dari proses produksi ‘dilempar’ ke pasar. Pasar adalah tempat terjadinya pertemuan antara demand dan supply. Nah, harga ditentukan dalam proses ini. tetapi bagaimana pengusaha menentukan harga? Harga adalah seluruh biaya produksi dan keuntungan yang diharapkan. Karena persaingan, tidak mungkin seorang pengusaha mengambil keuntungan besar dengan cara menaikkan harga. Pasti barangnya tidak laku. Satu-satunya yang mungkin adalah menekan biaya produksi. Maka, KEUNTUNGAN PENGUSAHA adalah PENGURANGAN HAK PEKERJA/BURUH !

Natur Dosa Manusia
Manusia secara naluriah memiliki insting untuk survive dan menguasai. Untuk mempertahankan dirinya, manusia melakukan segala cara, termasuk bahkan kalau itu berarti harus mengorbankan manusia lain. Secara negatif, Pengakuan Wesminster menjelaskan bahwa sifat alamiah manusia ini tidak lain adalah karena dosa. “Orangtua kita yang pertama telah diperdaya oleh kelicikan dan pencobaan dari setan, sehingga jatuh ke dalam dosa dengan memakan buah terlarang …”. Sejak kejatuhan Adam dan Hawa (lih. Kej.3), maka seluruh umat manusia jatuh dalam dosa.
Natur dosa ini dapat dijelaskan sebagai kejatuhan manusia ke dalam dosa, bukan hanya telah menyentuh semua manusia, tetapi telah mencemari seluruh umat manusia. Semua manusia adalah orang berdosa di dalam Adam. Kita tidak dapat bertanya: Bilamana seseorang menjadi orang berdosa? Sebab sebenarnya umat manusia pada waktu hadir di dunia ini sudah dalam keadaan berdosa.
Natur dosa inilah yang menggerakkan manusia untuk mengutamakan diri sendiri, memuaskan nafsunya, dan tidak mempedulikan orang lain. Pengutamaan diri sendiri muncul dalam banyak bentuk. Dalam skala yang meningkat, dimulai dari mempertahankan diri dari serangan pihak lain, kemudian setidaknya sama dengan orang lain, meningkat menjadi berusaha lebih dari orang lain, dan akhirnya mengeksploitasi orang lain demi diri sendiri.

Simbiosis Mutualisma
Sama seperti sebuah magnet, ketika kutub utara dan selatan bertemu maka terjadi gaya tarik menarik. Demikianlah yang terjadi dengan hubungan antara kapitalisme dan natur dosa manusia.
Kapitalisme memberikan ruang legal bagi pemuasan nafsu serakah manusia dengan cara menguasai orang lain. Dengan dalih aktualisasi dan optimalisasi potensi, maka capital owner, yang menguasai alat-alat produksi massa, mendapatkan pembenaran legal untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Maka yang terjadi adalah eksploitasi masyarakat pekerja, yang tidak memiliki akses kepada alat-alat produksi massa.
Di pihak lain, natur alamiah (dosa) manusia mendapatkan pembenaran dengan memfasilitasi keinginan untuk menguasai melalui sistem kapitalis ini. Dalam hal ini, sistem kapitalis memberi ruang selebar-lebarnya untuk praktek pemuasan nafsu serakah manusia.

Jalan Keluar: Rekonstruksi Teologi dan Praksis
Seperti sebuah jalinan tali-temali, kapitalisme dan natur dosa manusia mendapatkan cemistry (senyawa) yang sangat klop. Mengurainya tentu tidak mudah, seperti mengurai benang kusut. Tetapi itu tidak berarti tidak dapat diurai.
Satu-satunya solusi dari ‘lingkaran setan’ ini adalah dengan merekonstruksi kembali pemahaman kita tentang apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Yesus, yang kita akui sebagai Tuhan dan Guru sejati. Bila kita mendapatkan gambaran yang lebih orisinal tentang pribadi Yesus dan apa yang dilakukannya, kita akan menemukan prinsip dan konsekwensi etis yang sangat berbeda dari apa yang mungkin kita terima sebagai kebenaran.
Perjuangan Yesus dalam kitab-kitab Injil akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perjuangan keadilan sosial, dengan melawan struktur-struktur kekuasaan pada masa itu. Kemenangan-Nya atas struktur-struktur dominasi pada masa-Nya adalah inspirasi bagi perjuangan masa kini. Dalam bentuk yang bisa berbeda, kita menemukan cita-cita suatu masyarakat yang damai sejahtera melalui kehadiran Kerajaan Allah di bumi. Semoga!
 

Thursday, November 4, 2010

Pentingnya Firman Tuhan

Setiap hari kita memerlukan firman Tuhan. Kebenaran-kebenaran Alkitab. Bila Kita merenungkannya siang dan malam, apa saja yang kita kerjakan, akan berhasil (Mazmur 1:1-3). Kita membutuhkan firman Tuhan sama seperti bangsa Israel membutuhkan manna ketika mereka berada di padang gurun selama 40 tahun. Tuhan Yesus berkata, "Manusia tidak hidup dari roti saja, melainkan dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4).